Oleh: Musni Umar
Pada 12 Rabiul Awal 1445 bertepatan 28 September 2023 adalah Maulid Nabi Muhammad SAW. Bangsa Indonesia merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW sehingga dinyatakan sebagai hari libur nasional.
Setiap kita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, sejatinya kita mengenang dan menghayati kembali sifat-sifat Nabi Muhammad SAW untuk diteladani dan diamalkan khususnya gelar Al Amin.
Al Amin adalah gelar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang bermakna "dapat dipercaya." Gelar itu diperoleh Nabi Muhammad SAW pada umur 35 tahun. Gelar ini menggambarkan sifat kejujuran, integritas, dan kepercayaan yang selalu terpancar dalam kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad SAW.
Pembesar dan penduduk Makkah memberikan gelar Al-Amin kepada Nabi Muhammad SAW sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Dalam buku berjudul Seni Kepemimpinan Ala Nabi menjadi Pemimpin Sejati Sesuai Sunnah (2022) karya Muhammad Wildan Aulia, diungkapkan bahwa masyarakat Makkah memberikan gelar Al-Amin kepada Nabi Muhammad setelah peristiwa banjir bandang yang merusak Ka'bah.
Saat Ka'bah sedang diperbaiki oleh kaum Quraisy, muncul perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Perselisihan ini mengakibatkan kebuntuan hingga salah seorang tokoh terkemuka bangsa Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah, mengusulkan kriteria penyelesaiannya.
Dia berkata "barang siapa yang pertama kali masuk melalui pintu as-Shofa, maka ialah yang berhak untuk mengambil kebijakan tentang peletakkan Hajar Aswad tersebut," katanya dikutip dari jurnal berjudul Kontribusi Pemikiran Muhammad SAW Pra dan Pasca Kenabian Era Makkiah (2011) oleh Agus Jaya.
Ternyata orang pertama yang melangkahkan kaki dan melewati pintu as-Shofa ke lokasi renovasi Ka'bah adalah Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad lalu meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya kemudian mengajak tokoh-tokoh Quraisy untuk turut serta meletakkan Hajar Aswad, sehingga pemberian gelar Al-Amin bukanlah semata-mata pengakuan dari masyarakat. Akan tetapi, hasil dari tindakan nyata yang dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk menyelesaikan kisruh dalam peletakan kembali Hajar Aswad ke tempat semula.
Ketika mereka melihat tindakan Muhammad SAW dalam menyelesaikan kisruh masalah peletakan Hajar Aswad, mereka berkata: "Ini adalah Al-Amin dan kami ridha terhadap keputusannya."
Al Amin di Indonesia
Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari selalu mengamalkan sifat Al Amin seperti Shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya). Selain itu, sifat Nabi Muhammad SAW adalah tabligh (kemampuan menyebarkan kebenaran), dan Fathanah (cerdas).
Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, sejatinya para pemimpinya menghayati dan mengamalkan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW karena mereka adalah pemimpin yang diteladani dan dipanuti.
Akan tetapi, dalam kenyataan jauh panggang dari api. Berkata bohong, tidak jujur dan tidak benar serta tidak adil selalu dipertontonkan. Apa yang dijanjikan, dalam banyak hal, janji tinggal janji. Bukan saja suka tidak menepati janji, tetapi suka khianat pada rakyat dan tidak mau mendengar nasihat para ulama.
Dalam kasus Rempang Batam sebagai contoh, sangat banyak kebohongan. Penyelesaian kasus Rempang Batam agar dilakukan secara kekeluargaan dan musyawarah, fakta dilapangan dikerahkan aparat gabungan dalam jumlah besar untuk melakukan piting, memecah belah, dan bahkan intimidasi. Penggusuran disebut pengosongan, penggeseran.
Semua tindakan yang dilakukan sangat jauh dari sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, bahkan secara kasat mata melanggar konstitusi yang mewajibkan negara melindungi segenap bangsa Indonesia, dan warga negara berhak untuk bertempat tinggal sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia pasal 40, disebutkan bahwa setiap orang/individu berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.***
Musni Umar merupakan Sosiolog, Cendekiawan Muslim
Artikel ini sudah dipublikasikan di twitter.com/musniumar

Posting Komentar